..:: Selamat Datang Di Blog Yang Sederhana Ini ::..
Powered By Blogger

Rabu, 15 Juni 2011

Jadwal UAS.....

Jadwal UAS
Hhhhhhhhaaaaaaaaaaaaaaaaaaagggggggggggggg -_-
Senin :
Ikhtiologi (07.30-08.30) Rk 3
Dasar-Dasar Budidaya (10.00-11.30) Rk 3
Selasa :
Bahasa Indonesia (11.30-13.00) Rk 3
Agama (14.31-16.00) Rk 3
PPKN (16.00-17.30) Rk 3
Rabu :
Pengantar THP (07.00-08.30) Rk 3
Oseanografi (10.00-11.30) Rk 3
Kamis :
Dasar-dasar Penangkapan (10.00-11.30) Rk 3
Ket : Tulisan Merah itu Bahaya Cooyyy……. cUma mo kase saran,Blajar bae2…. :/
Kalo tuLisan Hitam ……. SanTaiii Jo *86*
Kong kaLo Juma’at, Sabtu, Minggu/…………/ merdeKa NT……. :D

Selasa, 14 Juni 2011

Laporan Praktikum dasar dasar penagkapan


BAB I
PENDAHULUAN
I.1   Latar Belakang
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut / tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan. Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin besar daerah penangkapannya sudah menjangkau tempat-tempat yang jauh yang kadang melakukan penangkapan mulai laut Jawa sampai selat Malaka dalam 1 trip penangkapan lamanya 30-40 hari diperlukan berkisar antara 23-40 orang. Untuk operasi penangkapannya biasanya menggunakan “rumpon”. Sasaran penangkapan terutama jenis-jenis ikan pelagik kecil (kembung, layang, selat, bentong, dan lain-lain).
Pentingnya pukat cincin dalam rangka usaha penangkapan sudah tidak perlu diragukan untuk pukat cincin. Di daerah torosiaje, para nelayan juga sudah menggunakan pukat cincin untuk menagkap ikan. Dalam 1 trip penangkapan bisa mendapatkan 100 Kg ikan pada bulan September-Februari. Berdasarkan hasil survei yang kami lakukan di daerah Torosije, pendapatan rata-rata para nelayan bisa mencapai Rp.6.000.000 /thn.
Secara garis besar yang menjadi kajian utama adalah substensi nelayan suku bajo Torosiaje di pesisir Teluk Tomini. Sumber penyajian data yang utama yaitu nelayan-nelayan yang pekerjaan sehari-harinya yang menangkap ikan yang ada di pesisir teluk Tomini.
I.2   Tujuan dan Kegunaan Praktikum
1.      Kita bisa mengetahui kelebihan dan kekurangan dari penggunaan alat tangkap khususnya purse seine (Pukat cincin).
2.      Mewawancarai langsung para nelayan yang menggunakan purse sein ketika menangkap ikan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I.1    Konstruksi Alat Tangkap
·         Bagian jarring
Nama bagian jaring ini belum mantap tapi ada yang membagi 2 yaitu “bagian tengah” dan “jampang”. Namun yang jelas ia terdiri dari 3 bagian yaitu:
1.   jaring utama, bahan nilon 210 D/9 #1”
2.   jaring sayap, bahan dari nilon 210 D/6 #1”
3.   jaring kantong, #3/4”
srampatan (selvedge), dipasang pada bagian pinggiran jaring yang fungsinya untuk memperkuat jaring pada waktu dioperasikan terutama pada waktu penarikan jaring. Bagian ini langsung dihubungkan dengan tali temali. Srampatan (selvedge) dipasang pada bagian atas, bawah, dan samping dengan bahan dan ukuran mata yang sama, yakni PE 380 (12, #1”). Sebanyak 20,25 dan 20 mata.
·         Tali temali
1.      tali pelampung : Bahan PE Ø 10mm, panjang 420m.
2.      tali ris atas : Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 420m.
3.      tali ris bawah : Bahan PE Ø 6mm dan 8mm, panjang 450m.
4.      tali pemberat : Bahan PE Ø 10mm, panjang 450m.
5.      tali kolor bahan : Bahan kuralon Ø 26mm, panjang 500m.
6.      tali slambar : bahan PE Ø 27mm, panjang bagian kanan 38m dan kiri 15m
·         Pelampung
Ada 2 pelampung dengan 2 bahan yang sama yakni synthetic rubber. Pelampung Y-50 dipasang dipinggir kiri dan kanan 600 buah dan pelampung Y-80 dipasang di tengah sebanyak 400 buah. Pelampung yang dipasang di bagian tengah lebih rapat dibanding dengan bagian pinggir.
·         Pemberat
Terbuat dari timah hitam sebanyak 700 buah dipasang pada tali pemberat.
·         Cincin
Terbuat dari besi dengan diameter lubang 11,5cm, digantungkan pada tali pemberat dengan seutas tali yang panjangnya 1m dengan jarak 3m setiap cincin. Kedalam cincin ini dilakukan tali kolor (purse line).
I.2    Daerah Penangkapan
Purse seine dapat digunakan dari fishing ground dengan kondisi sebagai berikut :
1) A spring layer of water temperature adalah areal permukaan dari laut
2) Jumlah ikan berlimpah dan bergerombol pada area permukaan air
3) Kondisi laut bagus.
I.3    Setting dan Hauling
Pada umumnya jaring dipasang dari bagian belakang kapal (buritan) sungguhpun ada juga yang menggunakan samping kapal. Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut :
a) Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang.
b) Pada operasi malam hari, mengumpulkan / menaikkan ikan ke permukaan laut dilakukan dengan menggunakan cahaya. Biasanya dengan fish finder bisa diketahui depth dari gerombolan ikan, juga besar dan densitasnya. Setelah posisi ini tertentu barulah lampu dinyalakan (ligth intesity) yang digunakan berbeda-beda tergantung pada besarnya kapal, kapasitas sumber cahaya. Juga pada sifat phototxisnya ikan yang menjadi tujuan penangkapan.
c) Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, density ; hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok / disedot ke atas kapal.
I.4    Jenis-jenis Ikan Yang Ditangkap
            Ikan yang menjadi tujuan utama penangkapan dari purse seine adalah ikan-ikan yang “Pelagic Shoaling Species”, yang berarti ikan-ikan tersebut haruslah membentuk shoal (gerombolan), berada dekat dengan permukaan air (sea surface) dan sangatlah diharapkan pula agar densitas shoal itu tinggi, yang berarti jarak antara ikan dangan ikan lainnya haruslah sedekat mungkin. Dengan kata lain dapat juga dikatakan per satuan volume hendaklah jumlah individu ikan sebanyak mungkin. Hal ini dapat dipikirkan sehubungan dengan volume yang terbentuk oleh jaring (panjang dan lebar) yang dipergunakan.
 BAB III
METODE PRAKTIKUM
I.1    Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dasar-dasar penangkapan ikan ini dilakukan di Perairan Torosiaje kabupaten Pohuwato Provinsi Gorontalo Untuk progam studi Manajemen sumberdaya perairan. Praktikum dilakukan pada hari Sabtu-minggu tanggal 4-5 juni 2011. Bentuk praktikum dasar-dasar penangkapan ikan ini yaitu wawancara langsung dengan nelayan tentang metode penangkapannya bagaimana dan alat serta kapal seperti apa yang digunakan.
I.2    Alat dan Bahan
Alat     :
1.   Mesin penggerak kapal
2.   Perahu / kapal
3.   Pukat cincin
4.   Lampu petromaks (jika oprasi pada malam hari)
Bahan  :
1.   Ikan yang menjadi hasil tangkapan
2.   Bahan bakar untuk kapal
I.3    Metode praktikum
II.10.1 Wawancara
            Teknik yang diterapkan dalam pendokumentasian substensi adalah wawancara yang terstruktur dengan adanya kuesioner. Kami mewawancarai seorang nelayan yang bernama pak Rifai pakaya yang tinggal di desa torosiaje yang merupakan warga asli dari suku bajo. Beliau menjadi nelayan untuk menhidupi 3 orang anggota keluarganya. Beliau sering melaut dengan 2 orang temannya yang juga berfropesi sebagai nelayan. Pak rifai sudah melaut sejak 16 tahun yang lalu, jadi bisa dibilang pak rifai sudah sangat berpengalaman dalam hal melaut. Modal awal diperoleh dari bantuan orang lain,yang terdiri dari kapal yang berukuran panjang 7 m, lebar 90 Cm, dan tinggi 50 cm. setiap trip pak rifai harus menyetorkan uang sebanyak Rp. 20.000 untuk melunasi modal yang diberikan untuk 1 unit alat tangkap beserta kapal. Alasan pak Rifai menggunakan alat tangkap purse saine yaitu menurut beliau ikan mudah ditangkap. Pada musim penangkapan ikan,pak Rifai bisa mendapatkan ikan sebanyak 100 kp/trip pada bulan September-Februari. Beliau mengatakan bahwa pengaruh lingkungan sangat besar terhadap pengoprasian alat tangkap ikan. Tingkat keterampilan nelayan sangat sangat diperlukan untuk pengoprasian alat tangkap ini. Tapi yang dikhawatirkan oleh pak rifai yaitu kecendrungan jumlah hasil tangkapan dari waktu kewaktu yang semakin menurun karena adanya persaingan dalam penentuan daerah pengkapan ikan.
II.10.2 Studi Pustaka
            Menurut Ekspedisi Geografi Indonesia (EGI)–BAKOSURTANAL, potensi sumberdaya yang ada dikerahkan untuk membangun agropolitan. Perikanan laut yang dipelopori suku Bajo di perkampungan Torosiaje adalah ikon yang berkembang sangat pesat, disamping tetap melestarikan sumberdaya lokal khususnya dibidang perikanan tangkap. Zona yang relatif terbatas di Dataran Pantai Pohuwato dataran yang terbentang dari Marisa di timur hingga Torosiaje dan perbatasan dengan Provinsi Sulawesi Tengah di barat, merupakan aluvial pantai yang sebagain besar tadinya merupakan daerah rawa dan zona pasang-surut. Hingga sekarang, di bagian selatan, masih didapati rawa-rawa bakau (mangrove) yang luas, yang sebenarnya merupakan rumah bagi burung endemis Wallacea, burung maleo.
II.10.3 Data Primer dan Data Sekunder
ü  Data Primer
Adapun data primer yang diperoleh langsung dari nelayan yang telah kami wawancarai. Adapun yang dimaksudkan dngan data primer yaitu adanya dokumentasi berupa photo yang diperoleh langsung dari nelayan yang ada di desa torosiaje kecamatan Popayato Kabupaten Pohuwato profinsi Gorontalo.
ü  Data Sekunder
Data sekunder yang diperoleh yaitu Torosiaje terletak di Kecamatan Popayato, Kabupaten Pohuwato, Provinsi Gorontalo, kurang lebih 300 km ke arah barat kota Gorontalo. Saat ini Desa Torosiaje laut memiliki jumlah penduduk mencapai 1027 jiwa dan semua kepala keluarga berfrofesi sebagai nelayan. Data ini diperoleh dari Buku Ekspedisi Geografi Indonesia Gorontalo, BAKOSURTANAL.
BAB IV
HASIL DAN PEBAHASAN
I.1     Konstruksi Alat Tangkap
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk mana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Fungsi cincin dan tali kerut/ tali kolor ini penting terutama pada waktu pengoperasian jaring. Sebab dengan adanya tali kerut tersebut jaring yang tadinya tidak berkantong akan terbentuk pada tiap akhir penangkapan.
I.2    Daerah Penangkapan
Biasanya para nelayan di torosiaje pergi ketengah laut untuk menagkap ikan, sama halnya dengan yang dilakukan oleh pak Rifai  dan 2 nelayan yang membantunya. Biasanya pak Rifai pergi melaut untuk menagkap ikan (Cakalang, Katsuwonus pelamis) turiga dalam bahasa Bajo atau dalam bahasa Gorontalo yaitu ikan buyu.
I.3    Seting dan hauling
Teknik penangkapan yang sering digunakan oleh pak rifai ± sama dengan teknik penangkapan ikan dengan menggunakan pukat cincin pada umumnya. Hanya saja yang membedakan yaitu fishing day atau hari yang digunakan untuk menangkap ikan.
Urutan operasi dapat digambarkan sebagai berikut : Pertama-tama haruslah diketemukan gerombolan ikan terlebih dahulu. Ini dapat dilakukan berdasarkan pengalaman-pengalaman, seperti adanya perubahan warna permukaan air laut karena gerombolan ikan berenang dekat dengan permukaan air, ikan-ikan yang melompat di permukaan terlihat riak-riak kecil karena gerombolan ikan berenang dekat permukaan. Buih-buih di permukaan laut akibat udara-udara yang dikeluarkan ikan, burung-burung yang menukik dan menyambar-nyambar permukaan laut dan sebagainya. Hal-hal tersebut diatas biasanya terjadi pada dini hari sebelum matahari keluar atau senja hari setelah matahari terbenam disaat-saat mana gerombolan ikan-ikan teraktif untuk naik ke permukaan laut. Tetapi dewasa ini dengan adanya berbagai alat bantu (fish finder, dll) waktu operasipun tidak lagi terbatas pada dini hari atau senja hari, siang haripun jika gerombolan ikan diketemukan segera jaring dipasang. Setelah fishing shoal diketemukan perlu diketahui pula swimming direction, swimming speed, hal-hal ini perlu dipertimbangkan lalu diperhitungkan pula arah, kekuatan, kecepatan angin, dan arus, sesudah hal-hal diatas diperhitungkan barulah jaring dipasang. Penentuan keputusan ini harus dengan cepat, mengingat bahwa ikan yang menjadi tujuan terus dalam keadaan bergerak, baik oleh kehendaknya sendiri maupun akibat dari bunyi-bunyi kapal, jaring yang dijatuhkan dan lain sebagainya. Tidak boleh luput pula dari perhitungan ialah keadaan dasar perairan, dengan dugaan bahwa ikan-ikan yang terkepung berusaha melarikan diri mencari tempat aman (pada umumnya tempat dengan depth yang lebih besar) yang dengan demikian arah perentangan jaring harus pula menghadang ikan-ikan yang terkepung dalam keadaan kemungkinan ikan-ikan tersebut melarikan diri ke depth lebih dalam. Dalam waktu melingkari gerombolan ikan kapal dijalankan cepat dengan tujuan supaya gerombolan ikan segera terkepung. Setelah selesai mulailah purse seine ditarik yang dengan demikian bagian bawah jaring akan tertutup. Melingkari gerombolan ikan dengan jaring adalah dengan tujuan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri dalam arah horisontal. Sedang dengan menarik purse line adalah untuk mencegah ikan-ikan supaya ikan-ikan jangan dapat melarikan diri ke bawah. Antara dua tepi jaring sering tidak dapat tertutup rapat, sehingga memungkinkan menjadi tempat ikan untuk melarikan diri. Untuk mencegah hal ini, dipakailah galah, memukul-mukul permukaan air dan lain sebagainya. Setelah purse line selesai ditarik, barulah float line serta tubuh jaring (wing) dan ikan-ikan yang terkumpul diserok/ disedot ke atas kapal.
I.4    Jenis-jenis Ikan Yang Tertangkap
Nama Bajo
Nama Bahasa Gorontalo
Nama Bahasa Indonesia
Genus
Spesies
Turiga
Dehu/Buyu
Cakalang
Katsowonus
K.Pelamis
Duppo
Bulala’o
Ikan Belanak
Mugil
M.chepanus
Sunu
Lodi
Geropa kuning
Chepalopolis miniata
C.sp
Mangilala
Tabu lo bongo patihu
Baronang Batu
Siganus
S.javus

 BAB V
PENUTUP
I.1    Kesimpulan
Purse Seine disebut juga “pukat cincin” karena alat tangkap ini dilengkapi dengan cincin untuk nana “tali cincin” atau “tali kerut” di lalukan di dalamnya. Teknik penangkapan ikan menggunakan purse seine (pukat cincin) pada nelayan di suku bajo ± sama dengan teknik penangkapan yang dilakukan pada umumnya. Namun yang membedakannya yaitu fishing day atau jumlah hari yang digunakan dalam oprasi penangkapan. Pak Rifai (Nelayan di suku bajo) hanya melaut 1 hari/trip. Dengan menggunakan purse saine,pak rifai bisa mengantongi keuntungan sebesar Rp. 6.000.000/thn.
I.2    Saran
Secara lokal, para nelayan masih bersifat tradisional. Hanya beberapa nelayan yang sudah menggunakan alat tangkap yang moderen. Jadi diharapkan kepada pemerintah agar memberikan pengetahuan kepada nelayan sekitar tentang kemajuan teknologi, namun harus tetap mengacu pada undang undang Nomor 31 tahun 2004 tentang perikanan. Bisa dilihat pada pasal 3 yaitu pengelolaan perikanan dilaksanakan dengan tujuan meningkatkan taraf hidup nelayan kecil dan pembudi-daya kecil. Disamping itu harus tetap memperhatikan pasal 9 yaitu setiap orang dilarang memiliki, menguasai, membawa, dan/atau menggunakan alat tangkap ikan dan/atau alat bantu penangkapan ikan yang tidak sesuai dengan ukuran yang ditetapkan.

 DAFTAR PUSTAKA
Bachri, S., Sukido, dan N. Ratman (1993), Peta Geologi Lembar Tilamuta, Sulawesi, skala 1:250.000, Puslitbang Geologi, Bandung.
Au. Ayodya. DASEN FAKULTAS PERIKANAN. Cetakan Pertama. Penerbit :
Yayasan Dewi Sri. IPB. Bogor.
Waluyo Subani dan H.R Barus.1989.ALAT PENANGKAPAN IKAN DAN
UDANG LAUT DI INDONESIA. Balai Penelitian Perikanan

Lampiran :
  
                      Penginapan Di torosije                                   
 

                                                         Si boLang dari MSP a.